Senin, 07 November 2011

Bunga yang Meronta (Part I)

Bunga meronta-ronta ketika payudaranya diremas-remas. Ia tengah diapit oleh dua orang pria di jok mobil barisan kedua. Di dalam mobil tersebut ada empat orang, dua orang di depan dan dua lainnya di baris kedua. Rasa kagetnya juga belum hilang.

Dua menit yang lalu, ketika ia sedang berjalan kaki, sebuah mobil Travello berhenti tepat di sampingnya. Dari mobil tersebut keluar tiga orang pria yang langsung serang oleh tiga secara tiba-tiba dan dibawa masuk ke dalam sebuah mobil Travello. Bunga hanya pasrah ketika sebilah belati ditempelkan ke pinggangnya. "Jangan macam-macam kalau mau selamat!" Ancam Boy, orang yang duduk di samping kanan Bunga.

"Ampun ... jangan sakiti saya," Bunga memohon. Bram, orang yang duduk di samping kiri bunga, meremas-remas payudara kirinya. Bunga meringis. Dari kursi depan, Rian hanya tersenyum melihat kedua temannya yang sudah sangat bernafsu itu. Sementara itu, Toni berusaha tetap fokus menyetir.

Boy mengarahkan belatinya ke paha Bunga, lalu menyobek kebaya yang Bunga kenakan. Kebaya berwarna kuning emas yang semula panjangnya mencapai matakaki itu, sekarang tinggal sebatas paha, sekitar 10 cm di atas lutut. Kebayanya sudah seperti rok mini. Bunga semakin ketakutan.

Bunga menepis tangan Boy yang mulai menyentuh pahanya yang mulus itu. Namun, ia harus merelakan pahanya dinikmati setelah mendengar ancaman Boy yang akan menikamkan belati itu ke vaginanya kalau ia menolak. Di saat yang bersamaan, Bram semakin gencar meremas-remas payudara Bunga yang masih terbungkus kebaya. Toni sempat mengingkatkan kedua temannya supaya "barangnya" jangan dirusak dulu sebelum pesta dimulai. Paha dan dada Bunga terus digerayangi sepanjang perjalanan.

***
Sekitar dua pukuh menit kemudian, mobil tersebut sudah sampai di salah satu rumah yang agak jauh dari keramaian di kota Palembang ini. Setelah mobil masuk garasi, Bunga digendong masuk ke ruang tengah. Di dalam sudah ada dua orang yang menunggu, Warno dan Rendi. Bunga lalu didudukkan di sebuah kursi sofa. Di depannya ada sebuah meja kaca dengan beberapa minum keras dan snack. Sofa tersebut menghadap sebuah televisi.

"Sebaiknya kita kenalan dulu nih sama bidadari kita," kata Rian.

"Nama kamu, siapa?" Tanya Toni. Bunga tak menjawab. Diulanginya lagi pertanyaannya itu.

"Aku Bunga," jawab Bunga pelan sambil tertunduk.

"Umur kamu?" Lanjut Toni.

"Aku 21 tahun." Bunga masih saja tertunduk.

Dari logat bicaranya, mereka tahu bahwa Bunga bukan orang Palembang. Setelah ditanya lebih jauh lagi, rupanya Bunga baru seminggu tinggal di Palembang. Ia datang dari Bandung untuk menghadiri acara wisuda sepupunya di kampus terkemuka di kota tersebut. Dan sebelum mereka menculik Bunga, ternyata ia sedang berjalan pulang ke rumah sepupunya. "Kesempatan emas buat nyobain memek cewek Bandung," pikir mereka.

"Sekarang kita pemanasan ya," kata Warno sambil menekan remote DVD player. Bunga terkejut ketika DVD yang diputar adalah film porno! "Bunga yang cantik, kamu nari2 dulu, ya," lanjut Warno. Bunga diam saja.

"Ayolah Bunga, kamu narinya harus bikin kami tambah terangsang," tambah si Rendi. Si Boy yang sudah tak sabaran langsung menarik tangan Bunga.

"Ayo, cepat sana nari, pelacur!" Bentar Si Boy sambil menarik bunga ke depan meja. Bunga membelakangi televisi. Kelima orang itu duduk di sofa, tak sabar melihat gadis itu menari meliuk-liuk. Mereka amati Bunga lekat-lekat. Tingginya sekitar 165 cm. Mungkin beratnya sekitar 55 kg. Dadanya lumayan besar, mungkin ukuran 34B. Tubuhnya sintal. Rambutnya masih diikat. Ia sangat seksi dengan kebaya yang panjangnya tinggal sebatas paha. Lumayanlah buat pesta malam ini.

Melihat Bunga yang tak kunjung bergoyang, si Boy menjambak rambut bunga dan kembali mengancam. Akhirnya Bunga menari juga, walau sekenanya. Mereka terus mengamati. Wajah gadis itu sungguh ayu dan manis. Dadanya menggiurkan seolah minta diremas. Pinggangnya ramping. Dan ... pantatnya sungguh aduhai. Lubangnya pasti nikmat.

Setelah melihat teman-temannya sudah terangsang, si Boy menarik lengan Bunga dan menuntunnya ke arah sofa. Toni yang dari tadi belum menyentuh Bunga langsung menarik Bunga hingga Bunga duduk di pangkuannya. Toni melingkarkan kedua tangannya di pinggang Bunga. "Nah, kamu lihat itu Tv. Ceweknya dientot rame-rame, tapi nggak nangis," kata Toni sambil meremas payudara Bunga. Mendengar itu, kelima temannya tetawa penuh kemenangan. Mereka lalu menenggak minuman yang ada di meja itu.

Toni melepakan pelukannya. Bunga dituntun menjauhi meja. Bunga berdiri di kelilingi keenam pria itu. Mereka membuka celana dalam masing-masing. Lalu si Rian memeluk Bunga. Tanpa basi-basi, bibir Bunga langsung dicipok. Bunga kelabakan. Tangan kirinya menelusuri pundak, pinggung hingga ke pantat Bunga. Padat sekali. Diremas-remasnya pantat itu. Sementara itu, teman-temannya yang lain sibuk mengolesi penis masing-masing dengan krim pembesar penis.

Tiga menit berlalu. Bunga didorong ke arah Toni. Toni memeluk Bunga dari belakang. Tangan kirinya meremas-remas payudara Bunga dengan kasar. Tangan kanannya mengelus-elus paha Bunga. Toni juga mencupak leher Bunga yang sebelah kanan, sesekali menggigitnya. Bunga tak berani melawan. Seterusnya, Bunga digrepek-grepek oleh Warno, Rendi, Bram dan Boy secara bergilir.

"Jangan nangis dulu, Sayang. Permainannya kan baru mau dimulai," ujar Toni seraya mengangkat kedua paha Bunga untuk menggendongnya. Bunga dibawa ke kamar tidur. Sesampai di depan pintu, Bunga di lempar ke atas spring bed. Bunga terisak-isak. Toni yang sudah telanjang langsung naik ke ranjang. Teman-temannya yang lain masuk menyusul ke kamar tersebut dengan membawa minuman keras.

Toni berusaha membuka paha Bunga selebar mungkin. Kebaya yang sempit membuat paha Bunga tidak bisa dibuat mengangkat terlalu lebar. Toni pun menyobek kebaya tersebut dari bawah hingga ke bagian pusar. Toni bergumam melihat memek Bunga yang masih terbungkus celana dalam berwarna merah muda. Dengan sekali sentak, Toni tabir penutup pintu surga itu pun sobek. Memek Bunga sangat tembem. Warnanya merah muda. Kontol Toni sudah sangat tegang.

Toni menggesek-gesekan kontolnya di bibir vagina Bunga. Bunga berusaha menahan pinggang Toni dengan kedua tangannya. "Bunga, kami cuma ngentot kamu. Kalau kamu melawan, terpaksa memek kamu akan kami sobek," ucap Joni dengan nada mengejek. Bunga menarik tangannya dari pinggang Toni. Ia menutupi mukanya dengan kedua tangannya. Toni turun dari ranjang, lalu menarik pinggang Bunga ke pinggir ranjang. Posisi Bunga sudah siap digarap.

"Ton, tunggu dulu," Ucap Warno tiba-tiba. "Aku ambil handycam dulu." Warno mengambil dua buah handycam dari dalam sebuah laci di kamar tersebut, lalu memberikan salah satu handycam itu kepada Rendi. "Ren, kamu kamu yang rekam adegan ini dari berbagai sudut. Biar aku yang rekam ekspresi mukanya pas dia dientot. Pasti mukanya lucu pas dia teriak-teriak," ujar Warno sambil tertawa.

Mata Bunga melotot ketika Toni mulai melesakkan kontolnya. Dengan airmata yang terus mengalir, Bunga meronta kesakitan. "Akh ... akh ... aduh, sakit ... tolong hentikan," Bunga memohon. Toni tak peduli. Toni terus berusaha memasukan kontolnya lebij dalam. Teriakan Bunga semakin histeris pada saat kontol Toni sudah amblas semuanya. Bunga menggerak-gerakan pinggangnya sambil memohon belas kasihan. Apa yang dilakukan Bunga justru membuat Toni semakin terangsang. Sambil memegangi pinggang Bunga, Toni mempercepat genjotannya. Bunga menggigit jari tangannya sendiri. Mungkin supaya rasa sakit yang menyerang liang senggamanya seolah-olah berkurang. Dalam hatinya, ia menyesali keputusannya: mengapa tadi ia tidak meminta si sopir untuk mengantarkannya sampai ke depan rumah sepupunya?

"Akh ... ampun ...," pinta Bunga di sela-sela tangisnya. Tubuhnya terus berguncang mengikuti irama yang Toni mainkan. Sementara itu, Warno terlihat sangat menikmati dalam merekam setiap ekspresi wajah Bunga yang nampak kesakitan dan tak berdaya itu.

Toni menekan pinggang Bunga kuat-kuat saat merasakan dirinya akan segera berejakulasi. Toni mengerang kenikmatan setelah menumpahkan spermanya di dalam memek Bunga.. Kontol Toni terlihat penuh sesak mengisi liang kenikmatan Bunga. Dibiarkannya kontol itu tetap merasakan kehangatan memek Bunga untuk beberapa saat. Cairan sperma yang bercampur meluber ketika Toni mencabut kontolnya. Ternyata, ia baru saja memperkosa perawan. Sedap!

Bunga terkulai tak berdaya. Ia tak mampu lagi berdiri. Kakinya pun masih mengangkang. "Selanjutnya giliran siapa?" Tanya Boy.

Rian menjawab,"Seperti biasa, urutannya dimulai dari yang kontolnya paling kecil. Toni sudah. Sekarang giliran aku. Kau yang terakhit, Boy, kontolmu kan raksasa."
Keempat teman yang lain tertawa. Boy diam saja.

Rian sekarang berdiri di antara pahanya yang terbuka. Bunga terlalu lemah untuk merapatkan kakinya. Melihat si penyedia memek gratis ini tak lagi meronta, ia pun menggendong Bunga dan membawanya ke kamar mandi. Teman-teman yang lain berpesan agar jangan lama-lama memandikannya. Kontol mereka juga sudah pengen nyobain memek cewek Bandung yang bohay ini.

***
Bunga yang terlihat lebih segar sekarang dituntun ke dalam kamar tidur setelah sebelumnya Rian menyuruh Bunga untuk memakai kembali BH serta kebayanya. Rian lebih terangsang ketika melihat Bunga memakai kebaya yang sudah sobek itu. Di dalam kamar, Rian menyuruh Bunga untuk tetap berdiri. Dengan penuh nafsu, Rian memeluk Bunga. Bibir Bunga yang mereh merekah dilumat saja oleh Rian. Sebelum Bunga sempat bereaksi, Rian pun menyobek kain yang menutupi susu Bunga. Dengan satu hentakan, BH yang menutupi susu Bunga segera copot. Diremasnya susu itu dengan kasar. Suara teriakan Bunga tertahan oleh cipokan Rian. Selesai mencipok, Rian mencubit-cubit pusing susu Bunga. Bunga menjerit kesakitan. Dengan tangan kanan yang masih bermain dengan susu Bunga, Rian meraba bongkahan pantas Bunga dengan tangan kiranya. Sesekali pantat Bunga disabet dengan kasar. Warno masih serius merekam.

Rian menarik tangan Bunga dan menuntunnya menuju meja yang berada di sudut ruangan. Rian menyuruh Bunga menungging. Tangan Bukan bertekan pada daun meja. Rian lalu menekan leher Bunga dari belakang supaya pantat Bunga benar-benar menungging. Diangkatnya kebaya Bunga hingga pantatnya yang sintal itu terlihat. Rian berjongkok tepat di depan pantat Bunga. Lubang pantat Bunga mungkin perlu sedikit dilonggarkan terlebih dahulu. Bunga meringis ketika merasakan anusnya ditusuk-tusuk oleh jari telunjuk Rian, kemudian dengan dua jari.

Jika Toni sudah memerawani memek gadis ini, sekarang Rian akan menjebol anus Bunga, tak peduli nanti Bunga akan kesakitan. Kontol yang panjangnya sekitar 18 cm dan berdiameter 3 cm itu pun perlahan dimasukkan ke anus Bunga. Bunga mengejang ketika kepala penis Rian menerobos masuk. Ditariknya penis itu sedikit, lalu mendorongnya lebih dalam lagi. Dengan satu sentakan kuat, penis itu amblas seluruhnya. Bunga melolong. Mulutnya menganganga. Tubuh Bunga bergerak maju-mundur seiring sodokan yang Rian berikan. Semakin lama gerakan Rian semakin cepat. Bunga menangis sejadi-jadinya.

Sepuluh menit berlalu. Boy yang sudah tidak tahan segera mendekat. Dengan kontol yang sudah sangat tegang, si Boy menjambak rambut Bunga. "Mulutnya jangan dipake dulu, biar kita bisa dengar teriakannya," Warno buru-buru mencega. Dengan terpaksa, si Boy melepaskan jambakakannya. Sebagai gantinya, si Boy meremas-remas kedua buah dada Bunga yang tergantung itu. Sesekali mencubit puting susunya. Bunga berharap ia pingsan saat itu juga. Beberapa saat kemudian, Rian mencengkram pinggang Bunga saat merasa akan segera berejakulasi. Sperma Rian meluber keluar dari lubang pantat Bunga setelah Rian mencabut rudalnya. Boy berhenti memainkan payudara Bunga. Bunga masih menungging dengan tangan bertekan pada bidang meja.

Karena terlalu lemas, Bunga terjatuh. Beruntung si Boy segera menangkapnya. Bunga ditidurkan di atas ranjang. Mereka terpaksa menunda pesta seks tersebut karena si penyedia lubang kenikmatan harus diistirahatkan terlebih dahulu. Sambil menunggu Bunga kembali bertenaga, mereka berenam kembali ke ruang tengah, tempat di mana tadi mereka melakukan pemanasan dengan Bunga. Si Bram lalu masuk ke dalam mobil dan mengambil tas milik Bunga yang tadi Bunga jatuhkan saat ia dan Boy menggerayangi Bunga. Dibawanya tas itu ke ruang tengah.

Mereka memeriksa isi tas tersebut. Bram tidak tertarik pada HP dan uang yang ada di dalam tas itu. Ia tertarik pada kartu mahasiswa milik Bunga. Diamati kartu itu. Rupanya gadis ini adalah mahasiswa akuntansi di sebuah kampus ternama di Bandung. Karena selanjutnya adalah giliran Warno untuk menggagahi Bunga, ia pun berinisiatif untuk membawakan bunga sepiring roti yang ia ambil di kulkas. Disuapinya roti itu hingga habis. Kemudian ia pun memandikan Bunga supaya permainan nanti lebih "hidup". Dengan sabun yang sangat wangi, Bram menyabuni Bunga.

Dua puluh menit mungkin sudah cukup. Melihat Bram sudah keluar dari kamar mandi bersama Bunga, mereka langsung masuk ke dalam kamar. Tangan kanan Bram menuntun Bunga masuk ke kamar dan tangan kirinya memegang kebaya Bunga. Bram tidak menyuruh Bunga memakai kebayanya kembali seperti yang dilakukan Rian. Ia lebih senang melihat tubuh bugil Bunga.

Tubuh Bunga dibaringkan di atas ranjang. "Bunga, nanti kamu boleh teriak dan menarik sesuka kamu," ucapnya seraya melebarkan paha gadis di depannya itu. Bram menciumi pipi Bunga, lalu lehernya. Aroma tubuh Bunga begitu merangsang.

Bram berjongkok tepat di depan selangkangan Bunga yang sudah terbuka. Bunga beringsut mencoba mundur. Bram menarik pinggul Bunga sehingga jarak antara rudal milik Bram dan kemaluan Bunga sangat dekat. Bunga menggelengkan kepalanya sambil berkata bahwa ia sudah tidak kuat.

Vagina itu masih sulit dibuka. Dengan sekuat tenaga, Rian menancapkan penisnya dan menindih tubuh Bunga. Bunga menjerit-jerit. Air matanya menetes. Wajah Bunga yang memelas justru membuat Bram semakin ingin mempercepat entotannya.

"Daripada kelamaan ngantri, mendingan kita pake bareng saja," usul si Boy yang sudah tidak tahan. Mendengar itu, Bram memutar posisi. Sekarang tubuh seksi Bunga menindih tubuh Bram. Bram melanjutkan genjotannya.

Warno memberikan handycam itu kepada Toni dan berjalan mendekati Bunga yang sedang digarap oleh Bram. Warno sudah berdiri tepat menghadap pantat Bunga yang terlihat berguncang-guncang. Diremas-remasnya bongkahan pantas itu. Bunga berusaha bangun dan menangkat tubuh bagian atas, tetapi Bram langsung memeluk punggungnya.

Bram menghentikan genjotannya, menunggu Warno berhasil mememasukkan kontol ke anus Bunga. Kini tangan kiri Warno mencengkram pinggul Bunga dan tangan kanannya mengarahkan torpedonya ke lubang pantat Bunga. Lubang itu terlalu sempit untuk dimasuki penis yang memiliki diameter 4 cm dengan panjang 22 cm meter itu. Warno meludahi lubang pantat itu. Dengan penuh paksa, torpedo Warno masuk separuhnya. Bunga mengeliat kesakitan. Dengan perlahan-lahan, Warno memajumundurkan pinggulnya. Bram kembali mengenjot memek Bunga.

Toni menyorot wajah Bunga dengan handy cam. Ia nampak kembali terangsang melihat Bunga yang kesakitan. Semua sepakat untuk tidak meminta memakai mulut Bunga. Menit-menit pun berlalu. Bunga tidak menangis lagi, tidak juga meronta. Ternyata, diperkosa oleh Bram dan Warno secara bersamaan telah membuat Bunga pingsan.

Boy mencipratkan sedikit minuman keras ke muka Bunga. Bram lalu menampar-nampar pipi Bunga, berusaha membangunkannya. Bunga kembali menangis ketika mendapati tubuhnya masih dalam pelukan para pemerkosa itu. "Sayang, jangan pingsan, dong. Kami senang dengar kamu teriak-teriak," ejek Toni. Warno merasakan kulit anus Bunga yang sudah lecet. Namun, ia terus saja memompa Bunga dengan kasarnya. Beberapa menit kemudian, Bram menyemprotkan spermanya. Tak lama setelah itu, Warno pun menyusul.

Warno sekarang duduk di kursi kayu yang ada di salah sisi kamar. Dengan perasaan puas, diamatinya Bunga yang tergeletak di ranjang. Bram terlihat sedang mengelap penisnya dengan tisu. Bunga dibiarkan mengambil nafas sejenak. Bunga terkapar dengan memek dan anus yang dilumuri sperma yang meluber. Bunga setidaknya harus melayani setidaknya dua babak lagi.

Bunga benar-benar pasrah ketika dirinya dipaksa duduk di pinggir ranjang dengan kaki terjuntai ke bawah. Rendi mengambil posisi tepat di hadapan Bunga. Rendi berusaha menancapkan penisnya ke vagina Bunga. Rendi merasa kesulitan memasukkan penisnya walaupun Vagina Bunga sudah diobok-obok oleh kedua temannya. Sisa sperma yang ada di memek Bunga ternyata tak banyak membantu. Tidak peduli dengan ratapan Bunga, penis berdiameter 5 cm yang memiliki panjang 25 cm itu pun meneros masuk lebih dalam. Dengan lengannya yang berotot, Rendi mengangkat paha Bunga dan menggendongnya.

1 komentar:

  1. Aku mau coba gangbang istriku, Imas.
    Yang berminat, kirim foto kontolnya ke facebook istriku.
    https://www.facebook.com/masslie

    BalasHapus